Peningkatan Luasan Deforestasi
VEGASHOKI88 – Organisasi non-pemerintah yang fokus pada pelestarian lingkungan dan sumber daya alam, Auriga Nusantara, melaporkan bahwa deforestasi di Indonesia pada tahun 2024 mencapai 261.575 hektare. Luasan deforestasi ini menunjukkan peningkatan sebesar 4.191 hektare dibandingkan tahun 2023, yang tercatat sebesar 257.384 hektare.
Distribusi Deforestasi per Provinsi
Ketua Auriga Nusantara, Timer Manurung, menyampaikan bahwa deforestasi terjadi di seluruh provinsi di Indonesia, kecuali di Daerah Khusus Jakarta (DKJ). “Kita patut bersedih bahwa deforestasi di Indonesia meningkat,” kata Timer dalam sebuah sesi di YouTube Auriga Nusantara pada Jumat (31/1/2025). Dari semua wilayah yang mengalami deforestasi, Kalimantan menjadi pulau yang paling parah dengan angka 129.896 hektare. Tiga wilayah lain yang juga mengalami deforestasi parah adalah Pulau Sumatera seluas 91.248 hektare, Sulawesi 17.361 hektare, dan Papua 17.341 hektare.
Faktor Penyebab Deforestasi
Timer menambahkan bahwa deforestasi paling banyak terjadi di kawasan konsesi, yang mencakup 59 persen dari total deforestasi. “Selama ini, kita kerap mendengar bahwa masyarakat disalahkan atas deforestasi. Namun, faktanya, 59 persen deforestasi terjadi di kawasan konsesi,” ujarnya. Ini menunjukkan adanya deforestasi yang legal karena kehilangan tutupan vegetasi terjadi di wilayah yang mendapatkan izin dari pemerintah untuk pembukaan hutan. Dia juga mencatat bahwa hanya sekitar 3 persen deforestasi yang terjadi pada 2024 dapat dianggap ilegal, sementara sisanya mungkin bersifat legal karena diizinkan berdasarkan aturan yang ada.
Dampak Terhadap Keanekaragaman Hayati
Timer menjelaskan bahwa dampak dari deforestasi bukan hanya hilangnya tutupan hutan dan tumbuhan, tetapi juga menghancurkan habitat satwa langka, endemik, dan ikonik. Contohnya, spesies seperti orangutan Kalimantan, orangutan Sumatera, harimau Sumatera, gajah Sumatera, dan badak Kalimantan. “Sekitar 160.925 hektare deforestasi, atau 62 persen dari total, terjadi di habitat spesies langka dan ikonik,” ungkap Timer.
Metodologi Penghitungan Deforestasi
Auriga Nusantara melakukan penghitungan deforestasi melalui tiga tahapan:
- Deteksi Duga Deforestasi: Menggunakan dua pendekatan. Pendekatan pertama memanfaatkan data publik yang disediakan oleh Universitas Maryland. Pendekatan kedua membandingkan data bulanan sepanjang 2024 dengan data tutupan hutan pada tahun 2017. Data yang diperoleh dari dua pendekatan ini digabung untuk menghasilkan dugaan deforestasi.
- Inspeksi Visual: Memeriksa perubahan tutupan hutan dengan citra satelit beresolusi tinggi untuk menentukan apakah ada kesalahan dalam pengidentifikasian deforestasi.
- Pemantauan Langsung ke Lapangan: Tim Auriga Nusantara melakukan kunjungan ke daerah yang diduga mengalami deforestasi, berdasarkan data dari dua langkah sebelumnya. “Sebenarnya, inspeksi visual sudah menghasilkan data, tetapi kami ingin lebih yakin dengan pemantauan lapangan,” kata Timer.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Dengan langkah-langkah tersebut, Auriga Nusantara berupaya memberikan gambaran yang akurat mengenai situasi deforestasi di Indonesia dan mendorong perlunya tindakan yang lebih tegas untuk pelestarian hutan dan keanekaragaman hayati.