Palangkaraya – Libur Akhir Tahun: Ayo Berpetualang ke Palangkaraya!

Waktu Berpetualang


VEGASHOKI88 – Liburan akhir tahun, waktunya kita berpetualang ke Palangkaraya. Di sana, ada Desa Wisata Sei Gohong, tempat yang keren buat kamu yang mau menyelami budaya suku Dayak dan bertemu langsung dengan orangutan!

Desa Wisata Terbaik yang Tersembunyi


Kamu mungkin belum berpetualang , tapi Desa Wisata Sei Gohong di Kalimantan Tengah ini terpilih jadi salah satu dari 50 desa wisata terbaik Indonesia versi ADWI tahun 2024. Cuma, kenapa ya desa ini nggak terlalu dikenal, bahkan oleh warga Palangkaraya sendiri? Di bandara Tjilik Riwut, misalnya, nggak ada satu pun gambar atau informasi tentang Desa Sei Gohong yang terpampang.

Pintu Masuk Wisata


Seperti halnya bandara lainnya, biasanya jadi tempat promosi utama destinasi wisata suatu daerah. Nah, Sei Gohong ini terletak di Kecamatan Bukit Batu, sekitar 50 menit perjalanan dari Palangkaraya.

Daya Tarik Wisatanya


Desa ini punya keunikan yang khas Kalimantan: hutan hujan, sungai lebar, orangutan, dan budaya Dayak. Begitu masuk ke desa ini, kamu bakal disambut sama Huma Hai, rumah cagar budaya khas Dayak. Rumah besar ini adalah peninggalan tokoh masyarakat pendiri desa Sei Gohong.

Ritual dan Kepercayaan


Cuma beberapa langkah dari Huma Hai, ada bangunan kecil yang disebut Pasah Patahu. Ini adalah tempat untuk ritual atau persembahan penganut Kaharingan/Dayak Ngaju. Di sini, mereka percaya bahwa tempat ini dihuni oleh roh halus, jadi mereka sering membawa sesajian.

Selamat Datang di Dermaga


Setelah melewati gerbang desa wisata, kamu akan melangkah di atas jembatan kayu yang menghubungkan ke dermaga kecil. Di sinilah petualangan menyusuri Sungai Rungan dimulai!

Suasana Desa yang Tenang


Meskipun biasanya desa wisata ramai, Sei Gohong ini sebaliknya. Nggak ada tiket masuk, souvenir, atau kerajinan tangan yang dijajakan. Suasana di sini cukup sepi, bikin kita merasa sedikit aneh.

Cerita dari Dermaga


Seorang pemuda duduk sendiri di dermaga, menunggu tamu yang sedang menjelajahi Pulau Kaja. Di sekitar, Sungai Rungan tampak sepi, sesekali sebuah kapal motor melintas dengan penumpangnya. Pulau Kaja (108 Ha) dan Pulau Bangamat (62 Ha) jadi tempat favorit buat wisatawan yang mau melihat orangutan. Di sini, ada sekitar 200 ekor orangutan yang bisa kamu lihat!

Kegiatan Seru di Sungai


Kegiatan menyusuri sungai sambil melihat satwa khas Kalimantan ini wajib banget dicoba. Hanya dengan membayar Rp 300.000, kamu bisa naik kapal klotok yang muat lima orang dan menikmati petualangan seru.

Aturan Dihormati


Ada aturannya: pengunjung hanya diperbolehkan berada 10-15 meter dari tepi pulau. Sesekali orangutan dewasa muncul ke permukaan, seolah menyapa kita. Setelah mesin motor dimatikan, kita bisa menikmati pemandangan menakjubkan ini lebih dekat.

Orkestra Alam


Suara serangga dan burung berpadu dengan angin yang mengalir di pepohonan, menciptakan orkestra alam yang magis. Kita bahkan bisa melihat induk orangutan yang menggendong bayi lucunya di dahan pohon tepat di depan kita.

Perhatian untuk Orangutan


Orangutan yang kita lihat ini adalah hasil rehabilitasi dari Pusat Re-introduction BOSF Nyaru Menteng. Setiap hari, petugas membawa 300 sampai 400 kg buah-buahan segar untuk mereka. Ini perlu dilakukan karena banyak dari orangutan ini yang belum mandiri dalam mencari makanan.

Tantangan Lingkungan


Sayangnya, banyak orangutan kehilangan habitatnya karena pembukaan lahan untuk perkebunan. Bahkan, masih ada yang menganggap mereka sebagai hama.

Wisata Lain yang Menarik


Selain susur sungai, Sei Gohong juga punya tempat wisata lain, seperti Sei Batu yang menawarkan pengalaman sungai berbatu, forest walk untuk menjelajahi tanaman obat khas Dayak, dan café terapung Atmosfeer.

Saatnya Pulang


Mendung mulai menggelayuti langit, tanda hujan sebentar lagi. Kita pun harus segera kembali ke dermaga. Mesin kapal pun dihidupkan perlahan.

Pesan Terakhir dari Alam


Tatapan terakhir kita adalah kepada induk orangutan dan bayi yang sedang mengamati kita, seolah mereka berkata, “Tolong jaga hutan tempat kami hidup.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *