VEGASHOKI88 – Pelaku industri perhotelan di Kalimantan Timur tetap optimis tentang peningkatan okupansi akhir tahun, meskipun ada penurunan daya beli masyarakat. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kaltim, Sahmal Ruhip, mengatakan bahwa penurunan daya beli ini memang berdampak pada sektor perhotelan dan restoran.
“Justru kita didorong oleh IKN Nusantara. Pendatang ke Kaltim makin banyak,” ujarnya lewat pesan singkat, Kamis (3/10/2024). Dia juga menjelaskan bahwa penurunan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) sebesar 2,26 poin adalah hal yang wajar dalam siklus industri. “Menjelang akhir tahun, terutama saat Natal dan Tahun Baru, biasanya okupansi bisa melonjak sampai 80%. Bahkan, saat Tahun Baru, hotel-hotel seringkali penuh,” tambahnya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, TPK hotel bintang mengalami peningkatan signifikan sebesar 8,80 poin dibandingkan Agustus 2023. Ini menunjukkan bahwa meski ada tantangan, sektor perhotelan masih bisa mendapatkan momentum positif.
Tren Pemulihan Pariwisata
Kepala BPS Kaltim, Yusniar Juliana, juga menyebutkan bahwa tren tahunan menunjukkan pemulihan sektor pariwisata meskipun ada penurunan bulanan. Berdasarkan klasifikasi hotel, TPK tertinggi dicapai oleh hotel bintang 5 dengan 72,69%. Sementara itu, hotel bintang 1 mencatat TPK terendah sebesar 46,19%.
“Hotel bintang 2, 3, dan 4 masing-masing mencatat TPK sebesar 57,81%, 67,92%, dan 70,93%,” jelas Yusniar. Selain itu, kunjungan wisatawan mancanegara ke Kaltim meningkat tipis sebesar 0,19%, dari 526 menjadi 527 kunjungan dibandingkan Agustus 2023.
Pertumbuhan Ekonomi Kaltim
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kaltim, Budi Widihartanto, menyoroti bahwa sejak pembangunan IKN dimulai pada 2022, sektor konstruksi telah menjadi kekuatan baru yang berkontribusi signifikan terhadap perekonomian, baik di Kaltim maupun se-Kalimantan. Budi mencatat pertumbuhan ekonomi Kaltim yang impresif sebesar 5,85% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan regional dan nasional pada kuartal II/2024.
Namun, Budi juga mengingatkan bahwa sektor pariwisata, yang mencakup perdagangan, akomodasi, dan makanan minum, serta transportasi, masih memiliki pangsa PDRB yang relatif rendah, di bawah 10%. Rata-rata pertumbuhan sektor perdagangan, Transgud, dan Akmamin pada periode pasca-pandemi (2022-2023) masing-masing mencapai 6,82%, 10,67%, dan 8,36% secara tahunan.
Peluang untuk Pengembangan Pariwisata
Budi menambahkan bahwa lonjakan wisatawan ke Kaltim, seiring dengan pembangunan infrastruktur yang memadai, menunjukkan potensi pariwisata yang besar untuk menjadi penopang ekonomi. “Kalau diiringi dengan pengembangan dan promosi objek wisata, pariwisata Kaltim bisa jadi kuda hitam yang menggerakkan roda ekonomi lebih kuat dibandingkan sektor lain yang bergantung pada sumber daya alam,” tuturnya. Dia percaya, ruang untuk pengembangan pariwisata Kaltim masih terbuka lebar, meski masih jauh untuk menyamai daerah lain seperti Bali yang sudah lebih matang dalam hal pariwisata.