VEGASHOKI88 – Proyek RDMP: Harapan dan Kenyataan Pekerja Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) ditargetkan selesai tahun ini. Ribuan tenaga kerja siap membantu perluasan kilang Pertamina di Balikpapan. Kilang ini bahkan punya kapasitas produksi 360 ribu bph, lebih besar dari kilang di Cikarang. Tapi, di balik nilai investasi Rp 108 triliun, banyak pekerja yang merasakan luka.
Didi: Harapan yang Patah
Didi (nama samaran) datang ke Kalimantan Timur dengan harapan tinggi. Ia digaji sesuai janji untuk mencari rezeki bagi keluarganya di desa. Awal Desember 2024, Didi dan 11 temannya bekerja di RDMP setelah menyelesaikan proyek di daerah asal mereka. Janji gaji hampir Rp 7 juta per bulan membuat mereka percaya, tapi kenyataannya jauh dari harapan.
“Awalnya bilang bisa dapat Rp 7 juta, tapi setelah kerja, cuma dapat Rp 4,8 juta. Kadang catatan lembur hilang,” keluh Didi.
Kerja Keras, Upah Tidak Sesuai
Didi kerja sebagai helper, tugasnya memasukkan kabel ke motor penggerak. Setiap hari harus masuk dari jam 6 pagi hingga 7 malam. Upah per hari Rp 120 ribu, ditambah uang makan Rp 20 ribu. Namun, tidak ada BPJS Kesehatan atau Ketenagakerjaan.
“Kalau sakit ya ditanggung sendiri. Kecelakaan ringan pun diobatin sama tim kesehatan,” tambahnya.
Bermasalah dengan Kontrak
Didi dan teman-teman terpaksa menerima kontrak yang aneh. KTP mereka ditahan selama 4 bulan, dan dengan upah Rp 3 juta sebulan, Didi kesulitan hidup di Balikpapan. Ia harus lembur setiap minggu untuk mencukupi kebutuhan, dan hubungan dengan istri pun berakhir karena masalah ekonomi.
Rati: Pekerjaan Tidak Sesuai Harapan
Rati (nama samaran), pekerja perempuan di RDMP, juga merasakan hal yang sama. Ia bekerja sebagai admin permit dengan gaji Rp 9.500 per jam, namun tidak mendapat fasilitas transportasi yang memadai.
“Kerja sebagai admin permit, tapi harus bolak-balik mengurus dokumen sendiri. Jaraknya jauh dan tidak sesuai,” keluh Rati.
Masalah Pembayaran Gaji
Tidak hanya Didi dan Rati, Pay (nama samaran), teknisi listrik, juga mengalami masalah dengan pembayaran gaji. Ia harus menunggu gaji yang sering terlambat, meskipun proyek sudah mendekati selesai.
“Gaji selalu telat, paling lambat satu bulan. Biasanya gaji harusnya tanggal 11, baru dibayar tanggal 19,” katanya.
Persoalan Tenaga Kerja di Balikpapan
Kepala Dinas Ketenagakerjaan Balikpapan, Ani Mufaidah, mengungkapkan bahwa banyak perselisihan antara pekerja dan perusahaan, terutama terkait upah yang di bawah UMK. Sekitar 70% masalah di Balikpapan berasal dari proyek RDMP.
“Banyak sub kontraktor yang bawa pekerja dari luar Kaltim dan bayar di bawah UMK. Ini jadi masalah besar,” jelas Ani.
Jawaban dari RDMP
Wildan Taufiq, perwakilan RDMP, menjelaskan bahwa proyek melibatkan banyak sub kontraktor. Mereka mengatur gaji dan tenaga kerja sendiri. Namun, Wildan mengakui ada sub kontraktor yang tidak memenuhi kewajiban, seperti telat bayar gaji.
“Gaji yang telat adalah tanggung jawab sub kontraktor. Kami bayar berdasarkan progres kerja,” ungkap Wildan.
Wildan juga mengimbau pekerja yang merasa haknya tidak dipenuhi untuk melapor ke RDMP. Proyek ini saat ini memperkerjakan sekitar 18 ribu pekerja, dan mereka terbuka untuk aduan.